Laporan Praktikum Genetika Tumbuhan
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA VI
PENGHITUNGAN FREKUENSI ALELE, FREKUENSI GENOTIP, DAN PENGUKURAN SIFAT-SIFAT
KUANTITATIF
Semester :
Ganjil 2015
Oleh :
Rifa Azzahro
A1L014184/8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu populasi terdiri dari kelompok individu yang berkembang
biak secara seksual dan aseksual dan bersilang secara acak.
Populasi tersebut mewariskan alelnya dari generasi ke generasi berikutnya
menurut hukum segregasi dan pengelompokan secara bebas. Suatu populasi dapat juga dibatasi sebagai
kumpulan individu yang membentuk suatu lungkang gen. Lungkang gen adalah total
seluruh gen yang ada dalam gamet dari suatu populasi tertentu.
Adanya pewarisan sifat tersebut
menjadikan suatu varietas dapat bertahan terus menerus dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Hal ini dapat terjadi secara sempurna jika semua faktor
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang dapat menciptakan suatu mutasi. Apabila
data yang diperoleh dari hasil persilangan tersebut bebas dari mutasi, maka
kemungkinan pewarisan sifat dapat diduga menggunakan analisis uji chi square.
Uji chi square pada dasarnya sebagai
alat penguji apakah angka suatu hasil sesuai dengan angka yang diharapkan.
Penggunaan uji ini dalam ilmu genetika digunakan untuk menganalisis keadaan
individu dalam suatu populasi, apakah sudah sesuai dengan perbandingan Hukum
Mendel. Apabila suatu persilangan berjalan sesuai dengan asumsi-asumsi
Hardy-Weinberg, maka frekuensi alel dan frekuensi genotip dari suatu generasi
individu akan sebanding dengan frekuensi alel dan frekuensi genotip indukannya.
B. Tujuan
·
Menghitung frekuensi alele dan frekuensi genotip individu
dalam dalam suatu populasi.
·
Membuktikan Hukum Hardy-Weinberg.
·
Mengukur sifat-sifat kuantitatif suatu individu..
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi ialah suatu kelompok dari satu macam organisme,
dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua makhluk merupakan
suatu masyarakat sebagai hasil perkawinan antar spesies dan mempunya lengkang
gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) ialah jumlah dari semua alel
yang berlainan atau keterangan genetik dalam anggota dari suatu populasi yang
membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dinamis dengan
alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada.
Faktor-faktor lingkungan, seperti seleksi, mempunyai kecenderungan untuk
merubah frekuensi gen dan dengan demikian akan menyebabkan perubahan evolusi
dalam populasi (Suryo, 2010). Susanto (2011) menambahkan, bahwasannya deskripsi
susunan genetik suatu populasi mendelian dapat diperoleh jika diketahui macam
genotip yang ada dan juga banyaknya masing-masing genotip tersebut. adapun
nilai proporsi atau persentase genotip tersebut dikenal dengan istilah frekuensi
genotip.
Frekuensi gen adalah proporsi suatu alel tertentu yang
terdapat dalam suatu populasi (Mangoendidjojo, 2014). Mariandayani (2012) juga melaporkan
bahwasannya frekuensi alel yang mengendalikan ekspresi variasi dalam suatu
populasi dapat diduga melalui bentuk morfogenetik pada suatu individu. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai frekuensi alel diantaranya : kawin acak,
migrasi, mutasi, seleksi alam, efek kombinasi dari seleksi dan mutasi, serta
hanyutan gen.
Penemuan Hardy tahun 1908 di Inggris yang kemudian
didukung oleh penemuan pada tahun 1909 oleh Weinberg di Jerman merupakan dasar
berkembangnya ilmu genetika populasi sampai sekarang. Hasil penemuan kedua
orang tersebut melahirkan suatu prinsip yang kemudian disebut sebagai Hukum
Hardy-Weinberg yang mengatakan bahwa : “ Bila tidak ada faktor-faktor yang
berpengaruh yang dapat mengubah frekuensi gen pada suatu populasi, dan populasi
tersebut mengadakan atau mengalami perkawinan acak secara terus-menerus dari
satu generasi ke generasi berikutnya, frekuensi gennya tidak akan mengalami
perubahan setelah satu kali mengalami random mating.” Jadi, proporsi gen atau
genotipnya tidak berubah dari generasi ke generasi berikutnaya (Mangundidjojo,
2014).
Uji Chi Square adalah pengujian hipotesis mengenai
perbandingan antara frekuensi oservasi atau yang benar-benar terjadi (Fo)dengan
frekuensi harapan/ekspektasi (Fe) yang didasarkan atas hipotesis tertentu.
Secara umum, uji ini digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun
menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi. Uji chi square untuk
mencari kecocokan digunakan untuk menguji apakah distribusi frekuensi byang diamai
menyimpang secara signifikasi dari suatu distribusi frekuensi hipotesis atau
yang diharapkan (Dwiwinarsih, 2009).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini
antara lain Sekantong kancing berwarna
sekantong kacang tanah dan lembar data pengamatan. Sedangkan alat yang
digunakan pada praktikum pengamatan perilaku kromosom yakni timbangan elektrik,
kalkulator dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
Percobaan 1
1. Kancing berwarna pada kantong
plastik diambil secara acak dengan pengambilan sebanyak 200 kali. Pengambilan
dilakukan dengan pengembalian kembali.
2.
Dicatat warna yang diperoleh pada lembar data pengamatan.
3.
Frekuensi alel clan frekuensi genotipenya dihitung.
4. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan Uji
Chi Square.
Percobaan 2
1.
Setiap kantong diisi dengan 2 macam warna kancing baju
dengan perbandingan seperti hasil perhitungan percobaan 1. Kedua kantong isinya
sama banyak.
2. Kancing diambil secara acak dari setiap
kantong dan dicatat warnanya. Pengambilan dilakukan dengan pengembalian
kembali.
3. Pengambilan diulang sebanyak 100 kali.
4. Frekuensi genotip dan frekuensi alelenya
dihitung.
5.
Data yang telah diperoleh dianalisa menggunakan Uji Chi
Square.
Percobaan 3
1.
Individu kacang tanah diambil secara acak dari
populasinnya dan ditimbang. Pengambilan dilakukan tanpa pengembalian.
2. Pengambilan diulangi sebanyak 100 kali.
3.
Data bobot kacang kemudian dikelompokkan dan dibuat
grafiknya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Percobaan 1
·
Frekuensi Alele
GG (merah) : 45
Gg (hijau) :
114
gg (kuning) :
41
z : 41
q2 =
=
=
0,21
q =
= 0,46
p + q = 1
p = 1 - q
= 1 – 0,46
= 0,54
·
Frekuensi Genotip
Ø
pp = (p) 2 × 100 %
= (0,54) 2 × 100 %
= 29 %
Ø
2pq= 2 (p) (q) × 100 %
= 2 (0,54) (0,46) × 100 %
= 50 %
Ø
qq = (q)c × 100 %
= (0,46) 2 × 100 %
= 21 %
∑ = pp + 2pq
+ qq
= 29 % +
50 % + 21 %
= 100 %
pp : 2pq : qq
1 : 2 :
1
Tabel Uji X 2
|
Karikatur yang diamati
|
S
|
||
(GG)
|
(Gg)
|
(gg)
|
||
O
|
45
|
114
|
41
|
200
|
E
|
¼ x 200 = 50
|
½ x 200 = 100
|
¼ x 200 = 50
|
200
|
(│O-E│) 2
|
25
|
196
|
81
|
302
|
|
0,5
|
1,96
|
1,62
|
4,08
|
X2
|
0,5
|
1,96
|
1,62
|
4,08
|
x2 tabel = 5,99
x2 hitung = 4,08
x2 tabel > x2 hitung
maka hasil signifikan / hasil pengujian sesui dengan
perbandingan.
2. Percobaan 2
·
Frekuensi Alele
GG : 26
Gg : 50
gg : 24
z : 24
q2 =
=
=
0,24
q =
= 0,49
p + q = 1
p = 1 - q
= 1 – 0,49
= 0,51
·
Frekuensi Genotip
Ø
pp = (p) 2 × 100 %
= (0,51) 2 × 100 %
= 26,01%
Ø
2pq= 2 (p) (q) × 100 %
= 2 (0,51) (0,49) × 100 %
= 49,48 %
Ø
qq = (q) 2 × 100 %
= (0,49) 2 × 100 %
= 24,01 %
∑ = pp + 2pq
+ qq
= 26,01
% + 49,48 % + 24,01 %
= 100 %
pp : 2pq : qq
1 : 2 :
1
Tabel Uji X 2
|
Karikatur yang diamati
|
S
|
||
(GG)
|
(Gg)
|
(gg)
|
||
O
|
26
|
50
|
24
|
100
|
E
|
¼ x 200 = 25
|
½ x 200 = 50
|
¼ x 200 = 25
|
100
|
(│O-E│) 2
|
1
|
0
|
1
|
2
|
|
0,04
|
0
|
0,04
|
0,08
|
X2
|
0,04
|
0
|
0,04
|
0,08
|
x2 tabel = 5,99
x2 hitung = 0,08
x2 tabel > x2 hitung
maka hasil signifikan / hasil pengujian sesui dengan
perbandingan.
3. Percobaan 3
·
tabel bobot tanaman kacang (g)
Bobot
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,5
|
Jumlah
|
18
|
46
|
30
|
6
|
·
Grafik bobot dan jumlah kacang tanah
b.
Pembahasan
Populasi dalam arti genetika atau biasa disebut dengan
populasi Mendelian, ialah sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi
secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di antara
mereka terjadi perkawinan. Masing-masing dari mereka akan memberikan kontribusi
genetik ke dalam lungkang gen, yaitu sekumpulan informasi genetik yang dibawa
oleh semua individu di dalam populasi (Susanto, 2011).
Sifat-sifat suatu individu pada populasi yang besar
cenderung tidak berubah frekuensinya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Hal ini hanya dapat terjadi jika individu dalam populasi tersebut melakukan
pekawinan secara acak dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Keadaan
tersebut ternyata disadari oleh ilmuwan Hardy dan Weinberg yang kemudian
mengemukakan Hukum Hardy-Weinberg. Isi dari hukum tersebut, seperti yang telah
dilaporkan oleh Mangundidjojo (2014), bahwasannya “Bila tidak ada faktor-faktor
yang berpengaruh yang dapat mengubah frekuensi gen pada suatu populasi, dan
populasi tersebut mengadakan atau mengalami perkawinan acak secara
terus-menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya, frekuensi gennya tidak
akan mengalami perubahan setelah satu kali mengalami random mating.”
Frekuensi gen atau disebut juga dengan frekuensi alel
menurut Crowder (2006), yaitu proporsi atau persentase alel yang berbeda yang
menyusun lokus gen. Frekuensi alel ini juga akan berpengaruh pada frekuensi
genotip dalam suatu populasi. Menurut Susanto
(2011), frekuensi genotip merupakan proporsi atau persentase genotip tertentu
di dalam suatu populasi. Kemudian oleh Hardy-Weinberg keduanya dirumuskan
sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Menurut Crowder (2006) dalam bukunya yang berjudul “Genetika
Tumbuhan”, pada hukum keseimbangan Hardy-Weinberg terdapat beberapa asumsi yang
harus terpenuhi yaitu :
1.
Perkawinan secara rambang atau acak.
2. Tidak ada seleksi
3. Tidak ada migrasi
4. Tiadk ada mutasi
5. Tidak ada penghanytan genetik rambang atau
acak
6.
Meiosis berlangsung normal
Kaitan antara hukum keseimbangan Hardy-Weinberg dengan
frekuensi alel maupun frekuensi genotip yaitu mempermudah analisa suatu
populasi. Hukum ini akan menjawab apakah populasi tersebut berada dalam keseimbangan
frekuensi alel yang stabil ataukah tidak. Hal ini ditujukan untuk mengukur
kestabilan suatu populasi. Kemudian, apabila terjadi suatu penyimpangan maka penyebabnya akan mudah diketahui.
Crowder (2006) kembali melaporkan, bahwasannya Hardy dan
Weinberg sadar bahwa keseimbangan alel dalam suatu populasi dapat digambarkan
dengan rumus sederhana penjabaran binomial yaitu (p+q) 2 = 1. Penggunaan rumus ini yaitu untuk melukiskan
keseimbangan yang dapat ditunjukkan dengan mengamati persilangan antara gamet
dari genotip yang berbeda.
Adanya keseimbangan dalam populasi akan memunculkan sifat
kuantitatif dan kualitatif tertentu yang mencirikan suatu populasi dari
populasi yang lain. Susanto (2011) menjelaskan, bahwasannya sifat kuantitatif
merupakan sifat-sifat dengan sebaran kontinyu, mempunyai nilai tertentu yang
dapat diperoleh melalui pengukuran. Sifat ini dikendalikan oleh banyak gen
nonalelik yang masing-masing memberikan kontribusi relatif terhadap pemunculan
suatu fenotip. Selain itu, sifat ini juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
Contohnya saja tinggi suatu tanaman yang dinyatakan dengan satuan panjang
tertentu seperti cm, km, dan lain sebagainya. Ketinggian suatu tanaman juga
dapat dipengaruhi oleh zat hara maupun kadar air yang tersedia di lingkungan
hidupnya. Maka dari itu, tinggi tanaman selain merupakan sifat bawaan dari
induknya, juga terdapat faktor lingkungan yang menjadikan sifat tersebut dapat
meningkat atau menurun.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keseimbangan
populasi tidak hanya dapat dilihat dari sifat kuantitatif individu tersebut,
melainkan juga dilihat dari sifat kualitatifnya. Menurut Susanto (2011), sifat
kualitatif merupakan sifat yang tidak memerlukan pengukuran untuk mendapatkan
nilai dari individu tersebut. Sifat ini diatur oleh sebuah gen dan sedikit
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal tersebut dapat terlihat contohnya pada
bunga mawar yang berwarna merah. Warna merah pada bunga merupakan sifat yang
diturunkan oleh induknya dalam suatu gen yan mengkode warna merah. Warna tersebut
tidak akan berubah meskipun terdapat faktor lingkungan yang berbeda. Jadi,
apabila terdapat tanaman mawar yang ditanam pada daerah A akan sama warna bunganya
jika ditanam di daerah B.
Mula-mula praktikan melakukan pengambilan kancing warna
pada dua buah wadah pada percobaan 1 dan 2.
Masing-masing wadah berisikan dua warna kancing yaitu hijau (G) dan
kuning (g) yang sama jumlahnya. Praktikan mengambil kancing warna dari keduanya
secara bersamaan. Praktikan melakukan pengambilan kancing sebanyak 200 kali dengan
pengembalian pada percobaan 1. Sedangkan pada percobaan 2 hanya dilakukan 100
kali pengambilan dengan pengembalian. Tiap warna pada kancing yang diambil
dicatat dan dijumlahkan berdasarkan kelompoknya (GG, Gg, gg). Kemudian, dari
data tersebut dilakukan uji Chi-square.
Kemudian, dengan penghitungan secara sederhana meggunakan
rumus p + q = 1, maka diketahui frekuensi alel pada percobaan 1 yaitu 0,54 (p) dan 0,46 (q) Sedangkan pada
percobaan 2 nilai frekuensi alelnya yaitu 0,51 (p) dan 0,49 (q). Nilai pada
frekuensi alel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan untuk mendapatkan
nilai frekuensi genotipnya. Hasil percobaan 1menunjukkan perbandingan pp : 2pq : qq yaitu 29% : 50 % :
21%. Sedangkan pada percobaan dua perbandingannya yaitu 26,01% : 49,48% :
24,01%. Kedua perbandingan tersebut sesuai dengan perbandingan genotip pada
Hukum Mendel yaitu 1 : 2 : 1.
Guna menguji, apakah hasil perhitungan tersebut telah
memenuhi keseimbangan pada Hukum Hardy-Weinberg, maka dilakukanlah uji chi
square. Uji chi square merupakan suatu cara untuk mengadakan evaluasi apakah
hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan keadaan secara teoritis
(Suryo, 2010). Maka berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan
hasil x hitung pada percobaan 1 yaitu 4,08 dan pada percobaan 2 sebesar 0,08.
Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan x tabel yang nilainya mencapai 5,99.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian sesuai dengan perbandingan teoritis.
Maka dapat disimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan
perbandingan pada teori Hukum Mendel II.
Setelah melakukan pembuktian pada Hukum Hardy-Weinberg,
praktikan kemudian melakukan pengukuran pada sifat kuantitatif suatu spesies.
Pengukuran ini dilakukan menggunakan biji kacang. Mula-mula kacang pada kantong
diambil dan ditimbang bobotnya. Masing-masing kacang dicatat bobotnya pada
selembar kertas. Pengambilan tersebut diulang sebanyak 100 kali tanpa adanya
pengulangan. Kemudian dari data yang ada, dibuatlah grafik yang menggambarkan
banyaknya kacang pada tiap-tiap kelompok bobot. Menurut hasil perhitungan,
bobot kacang yang paling banyak yaitu 0,3 g yang ditemukan sebanyak 46 butir.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Frekuensi alel yaitu persentase alel yang berbeda yang menyusun
suatu lokes gen. Sedangkan frekuensi genotip yaitu persentase genotip dalam
suatu populasi yang besar.
2. Berdasarkan perhitungan pada percobaan 1 dan
2, maka terbukti percobaan sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg. Hal tersebut
ditandai dengan hasil perhitungan x hitung pada kedua percobaan yang lebih
kecil dibandingkan dengan x tabel.
3. Sifat kuantitatif merupakan sifat dari suatu
organisme yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka. Sifat ini
memiliki besaran dan nilai. Pengukuran sifat kuantitatif dilakukan dengan
penimbangan biji kacang yang diulang sebanyak 100 kali. Pada pengukuran,
didapatkan bahwa kacang dengan bobot 0,3 g terdapat dalam jumlah yang paling
banyak.
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan tetap
fokus pada jalannya praktikum. Hal ini ditujukan agar tidak adanya kesalahan
dalam memasukkan data dan perhitungan. Data yang salah dapat menimbulkan
kesalahan hasil uji sehingga nilai dari perhitungan yang digunakan kurang dapat
dipercaya kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan.
Yogyakarta : UGM Press.
Dwiwinarsih, Rina. 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap
Pelayanan Bakmi Aisy di Depok. Jurnal Ekonomi Manajemen. Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma Depok.
Mangoendidjojo, W. 2014. Genetika Populasi.
Yogyakarta : UGM Press.
Mariandayani, H. Nurcahya. 2012. Keragaman Kucing (Felis domesticus)
berdasarkan Morfogenetik. Jurnal Peternakan Sriwijaya. Vol. 1. No.
1. Hlm. 10-19.
Suryo, H. 2010. Genetika. Yogyakarta : UGM Press.
Susanto, H. Agus. 2011. Genetika. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Komentar
Posting Komentar