Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA II
Penetapan Kadar Air Tanah

Oleh :
Nama :
Rifa Azzahro
NIM :
A1L014184
Rombongan :
C.2
PJ Asisten : Yeni Fatimah
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia,
hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses
metabolisme dalam tubuh makhluk hidup
berlangsung dalam media air. Air dalam
kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai
keperluan seperti keperluan rumah tangga,
pertanian, ransportasi bahkan sampai
industri. Air sebagai pelarut universal, memiliki kemampuan ntuk
melarutkan berbagai zat, mulai fasa gas
dari udara, fasa cair dari berbagai
larutan, asa padat dan juga mikroorganisme.
Oleh karena itu air banyak sekali
mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak
terlarut, sehingga air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni.
Air yang terdapat di dalam tanah karena ditahan atau
diserap oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan
drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air maupun kekurangan air dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Tumbuhan membutuhkan air sebagai salah satu
bahan dasar pada proses fotosintesis. Ketersediaan air di tanah sangatlah
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang hidup di lingkungan tersebut.
Air
merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Air yang dapat diserap tanaman
adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran.
Penyerapan air oleh tanaman dikendalikan oleh beberapa hal sebagai berikut
: kebutuhan untuk transpirasi, kerapatan serta total panjang akar dan kandungan
air tanah di lapisan jelajah akar tanaman.
B. Tujuan
·
Menetapkan kadar air dari contoh tanah kering angin.
·
Menghitung kapasitas lapang dari contoh tanah kering
angin yang diamati.
·
Menentukan kadar air maksimum tanah dengan metode
gravimetri atau disebut juga dengan %
berat (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah adalah air yang bergerak dalam lapisan
tanah yang terdapat di dalam ruang ruang antara
butir butir tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di
dalam retakan retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Keadaan air
tanah ada yang tekekang dan air tanah bebas. Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan
membentuk gradient yang dikenal dengan gradient hidrolik sehingga pergerakan air
tanahnya akan membentuk sebuah kontur (Wahyudi 2009).
Kandungan air tanah antara
kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut total air tanah tersedia (TAW,
Total Available Water). Titik kritis
adalah batas minimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering
diserap tanaman hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda
untuk berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan
penelitian di lapangan. Kandungan air antara kapasitas lapang
dan titik kritis disebut RAW (Readily
Available Water). Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang
tersedia dipengaruhi oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan
tingkat pertumbuhan tanaman (Sarief, 1986).
Kadar air tanah dapat ditetapkan secara langsung melalui
pengukuran perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak
langsung melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan air
tanah (Gardner, 1986 dalam Hermawan, 2005).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk menetapkan
kadar air tanah antara lain yaitu, botol timbang, keranjang kuningan, cawan
tembaga porus, bejana seng, pipet ukur 2mm, bak perendam, kertas saring, oven,
tang penjepit dan colet. Tanah yang
diamati ditimbang massanya menggunakan timbangan analitis. Selain itu,
dibutuhkan juga eksikator untuk menurunkan suhu setelah tanah dikeluarkan dari
oven. Label dan spidol digunakan untuk menandai setiap contoh tanah yang
diamati.
Sedangkan bahan utama dalam praktikum ini
yaitu contoh tanah yang telah dikeringanginkan. Tanah yang diamati dalam
praktikum ini ada lima jenis, yaitu tanah inseptisol, andisol, ultisol,
vertisol, dan. Masing-masing tanah disediakan dalam ukuran diameter 2 mm dan 0.5
mm. Praktikum ini juga membutuhkan sedikit air untuk membasahi tanah.
B. Prosedur Kerja
·
Kadar air tanah kering udara
a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, lalu
ditandai menggunakan label. Botol timbang kemudian ditimbang untuk mencari
nilai a gram.
b. Contoh tanah kering angin yang berdiameter 2mm
dimasukkan ke dalam botol timbang. Banyaknya tanah yang digunakan kurang lebih
setengah dari botol timbang. Setelah ditutup, botol timbang kembali ditimbang
untuk mendapatkan nilai b gram.
c. Kemudian botol timbang tersebut dimasukkan ke
dalam oven dalam keadaan tutup terbuka. Suhu oven yang digunakan yaitu 105-110
ͦ C. Contoh tanah dioven selama minimal 4 jam.
d. Saat waktu pengovenan selesai, botol timbang
ditutup kembali dan diambil dari oven menggunakan tang penjepit. Botol timbang
dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit untuk menurunkan suhunya.
e. Setelah itu, botol timbang diambil dan
ditimbang kembali untuk mengetahui nilai c gram.
f. Data yang sudah terkumpul dimasukkan ke dalam perhitungan
untuk mendapatkan nilai kadar air dari contoh tanah kering angin yang diamati.
Rumus :
Kadar air =
× 100 %

Keterangan : (b-c) = massa air; (c-a) = massa tanah kering mutlak (massa
padatan).
·
Kadar air kapasitas lapang (metode pendekatan)
a. Keranjang kuningan yang telah dibersihkan
diberi label dan ditimbang untuk mendapatkan nilai a gram.
b. Kemudian keranjang kuningan dimasukkan kedalam
bejana seng.
c. Contoh tanah kering angin berdimeter 2 mm
dimasukkan ke dalam keranjang kuningan. Banyaknya tanah yang dimasukkan yaitu
setinggi 2,5 cm. Tanah dituang dengan merata dan tanpa ditekan.
d. Tanah yang telah berada dalam keranjang
kuningan ditetesi air di tiga titik yang berbeda tanpa bersinggungan.
Masing-masing titik ditetesi air sebanyak kurang lebih 0,67 ml. Bejana seng
ditutup dan diletakkan di tempat yang teduh selama 15 menit.
e. Setelah lewat 15 menit, keranjang kuningan
dikeluarkan dari bejana seng dan diayak. Proses tersebut dilakukan secara
hati-hati hingga tertinggal tiga gumpalan tanah lembab. Gumpalan tanah tersebut
ditimbang bersama keranjang kuningan untuk mendapatkan nilai b gram.
f. Kapasitas lapang dapat diketahui dengan
memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam rumus :
Kapasitas lapang =
× 100 % + Ka

Keterangan : Ka = kadar air yang diperoleh pada praktikum
kadar air tanah kering angin.
·
Kadar air maksimum tanah
a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersikhan
dan diberi label secukupnya.
b. Selembar kertas saring diletakkan pada dasar
cawan tembga porus dan dijenuhi air. Cawan tembaga porus kemudian diletakkan di
dalam petridis dan ditimbang untuk mendapatkan nilai a gram.
c. Kemudian cawan tembaga porus diisi dengan
contoh tanah berdiameter 0,5 mm secara merata. Pengisian dilakukan hingga cawan
penuh dengan tanah. Saat melakukan pengisian, tanah tidak boleh ditekan.
Kelebihan tanah di atas cawan diratakan dengan colet.
d. Selanjutnya cawan direndam dalam bak
perendaman dengan ditumpu bilah-bilah bambu. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah akses air masuk ke dalam cawan. Perendaman dilakukan selama kurang
lebih 12-16 jam.
e. Setelah direndam, permukaan tanah yang
mengembang diratakan dengan colet lalu dibersihkan menggunakan serbet. Cawan
kembali dimasukkan ke dalam petridis dan ditimbang. Hal ini bertujuan untuk
mencari nilai b gram.
f. Contoh tanah tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam oven selama 24 jam. Suhu oven yang digunakan kurang lebih 105-110 ͦ C.
g. Selesai dioven, cawan diangkat dengan tang dan
dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Cawan tembaga porus dan
petridisnya kemudian ditimbang untuk mendapatkan nilai c gram.
h. Tanah dalam cawan kemudian dibuang. Cawan
tembaga porus dibersihkan dan kembali
ditimbang dengan dialasi petrisdis yang sama untuk mendapatkan nilai d gram.
i.
Data yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam rumus :
Kadar air maksimum =
× 100 %

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tanah Kering Udara
Ulangan
|
Botol timbang kosong (a g)
|
(a)+ contoh tanah (b g)
|
(b) setelah dioven (c g)
|
Kadar air tanah kering udara (%)
|
Ka 1
|
23,1639
|
30,2745
|
29,7141
|
8,56
|
Ka 2
|
24,2717
|
31,1904
|
30,6494
|
8,48
|
Rata-rata
|
8,52
|
2. Kapasitas Lapang
Ulangan
|
Keranjang kuningan kosong (a g)
|
(a)+ gumpalan tanah basah (b g)
|
Kadar air kapasitas lapang (%)
|
KL-1
|
78,62
|
92,76
|
25,03
|
KL-2
|
76,98
|
88,03
|
30,58
|
Rata-rata
|
27,805
|
3. Kadar Air Maksimum
Ulangan
|
Cawan + kertas saring jenuh + petridis (a g)
|
(a)+ tanah basah jenuh air (b g)
|
(b) setelah dioven 24 jam (c g)
|
Petridis + cawan setelah dioven (d g)
|
Kadar air maksimum (%)
|
KAM-1
|
97,94
|
157,73
|
130,90
|
96,87
|
75,69
|
KAM-2
|
83,05
|
146,30
|
117,92
|
81,84
|
75,30
|
Rata-rata
|
75,49
|
B. Pembahasan
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi
untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk pengangkut hasil fotosintesisnya ke
seluruh jaringan tumbuhan. Selain itu, air merupakan bagian penyusun tubuh
tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Air tanah
dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Pada jaringan/tubuh tumbuhan, air
ini juga yang berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh tubuh
tumbuhan.
Reaksi-reaksi kimia dalam tanah hanya
berlagsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral-mineral
primer terutama juga karena pengaruh air yang kemudian mengangkutnya ke tempat
lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara
dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam beracun yang berlebihan dalam
tanah. Saat pengolahan tanah, air tanah juga berfungsi mempermudah pengolahan
tanah, mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang (pada sawah) dapat
menghambat pertumbuhan gulma. (Hakim, et al, 1986).
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah
karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya
tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
·
Air higroskopik : air yang diserap tanah sangat kuat
sehingga tidak dapat digunakan tanaman.
·
Air kapiler : air dalam tanah dimana gaya adhesi dan
kohesi lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak ke samping atau ke
atas karena adanya gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari gaya kapiler
merupakan air yang tersedia bagi tanaman (Hardjowigeno, 2010).
Menurut Kartasapoetra (1987), Air kapiler
dibedakan menjadi:
a.
Kapasitas lapang, yaitu air
yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi
kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah
dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi
kapsitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori
makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air
pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54.
b.
Titik layu permanen, yaitu
kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap
air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan
mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF
4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman.
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada
jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan
akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor
tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim
dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang
dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas
tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan
dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah (Buckman
dan Brady, 1982).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya
tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat
menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah
yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah
bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, 2010).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar
air tanah kering angin, kadar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum
tanah. Nilai kadar air tanah kering menunjukkan kadar air yang terkandung atau
dibawa oleh tanah tersebut sejak semula (secara alami). Sedangkan nilai kadar
air kapasitas lapang menggambarkan baanyaknya air yang dapat ditahan oleh tanah
setelah tanah dibasahi dan air gravitasi telah turun. Kadar air maksimum tanah
merupakan nilai ambang batas banyaknya air yang dapat diserap oleh tanah hingga
tanah tergenang air seluruhnya. Pada kondisi ini, pori-pori mikro dan makro
tanah penuh dengan air. Hal tersebut menyebabkan tumbuhan kesulitan untuk
mengadakan respirasi.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada percobaan
tanah kering udara, tanah inceptisol
mempunyai kadar air tanah kering udara rata-rata 8,52 %. Sedangkan pada kadar air tanah
kapasitas lapang dihasilkan
rata-rata 27,805%.
Kemudian untuk kadar air maksimum rata-rata
yaitu 75,49 %. Menurut Soemarto (1989), kadar air berbeda-beda pada setiap
daerah tergantung pada keadaan daerah tersebut. Nilai kadar air tanah berkisar
antara 20 % - 100 % berarti tanah tersebut masih dapat dikatakan normal, tetapi
jika kadar air melebihi 100 % tanah tersebut dikatakan jenuh air dan jika
kurang dari 20 % tanah tersebut dikatakan kering. Kadar
air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran
tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah dikeringkan
dengan oven pada suhu 105 ͦC – 110
ͦC untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah
air yang terkandung dalam tanah tersebut.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
Air merupakan salah satu kompnen tanah. Air berfungsi
untuk membantu reaksi kima yang berada dalam tanah dan melarutkan zat hara agar
mudah di serap oleh tumbuhan.
2.
Kandungan air dalam tanah dapat dibedakan menjadi : air
higroskopis, air kapiler dan air gravitasi.
3.
Air kapiler merupakan air yang dapat diserap oleh
tumbuhan dan dibedakan menjadi kapasits lapang dan titik layu permanen.
4.
Tanaman dapat tumbuh optimal pada keadaan air kapasitas
lapang. Sedangkan pada kadar air maksimum, tanah digenangi oleh air. Hal ini
membuat pori-pori makro juga turut terisi oleh air dan tidak menyediakan tempat
kosong untuk udara. Akibatnya akar tumbuhan tidak dapat bernapas (pengecualian
untuk tanaman air dan tanaman yang tahan terhadap tanah yang tergenang air).
B. Saran
Timbangan analitik yang digunakan untuk
menimbang tanah sebaiknya disediakan dalam jumlah banyak. Hal ini untuk
mengefisiensikan waktu saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Hakim, et
al. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah.
Jakarta : Universitas Lampung.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : Akapress.
Hermawan, Bandi. 2005. Monitoring Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat
Dielektrik pada Lahan Jagung. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol.
7. No. 1:15-22.
Kartasapoetra. 1987. Ilmu
Tanah Umum. Bandung :
Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran.
Sarief, Safuddin. 1986. Ilmu Tanah Pertanian.
Bandung: Pustaka Buana.
Wahyudi, Hendra. 2009. Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di
Kabupaten Bangkalan. Jurnal Aplikasi. Vol. 7. No. 1.
Komentar
Posting Komentar