LAPRAK BTLM PERLAKUAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PEMBENAH DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN MARGINAL
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lahan marginal atau lahan kritis
merupakan lahan-lahan yang sifat-sifat fisika, kimia maupun biologinya
mengalami penurunan kualitas sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dengan baik. Tiap tahunnya luas lahan marginal semakin
bertambah. Hal ini dikarenakan adanya degradasi lahan sebagai efek samping dari
konservasi lahan tanah
pertanian menjadi industri, perumahan maupun pusat kota.
Faktor pembatas pada lahan
marginal yang umumnya ditemui pada suatu budidaya tanaman antara lain daya
memegang air yang rendah serta tidak tersedianya hara bagi tanaman. Hal
tersebut dapat diatasi salah satunya dengan melakukan penambahan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik
ini dapat berfungsi ganda yaitu sebagai pembenah tanah dan juga sebagai pupuk
organik bagi tanaman.
Kegiatan penambahan bahan
organik ke dalam tanah ini diharapkan dapat meningkatkan daya memegang air
tanaman serta memberikan tambahan pasokan hara tersedia bagi tanaman.selain
itu, pemberian bahan organik juga diharapkan dapat merubah struktur tanah sehingga tanah lebih mantap
sebagai tempat tumbuh tanaman. Struktur tanah yang mantap akan menunjang
pertumbuhan serta perkembangan tanaman yang baik. Sehingga, harapannya produk
tanaman yang dihasilkan dari tanaman-tanaman yang ditanam di lahan marginal
memiliki kualitas serta kuantitas yang
tinggi.
1. Mempelajari cara pemberian
pembenah tanah pada lahan marginal
2. Mempelajari cara pemberian pupuk
pada lahan marginal
3. Mengetahui pengaruh pemberian
pembenah tanah dan pemupukan pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan
tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Botani Jagung
Jagung (Zea
mays L.) termasuk
dalam keluarga rerumputan. Tanaman
jagung (Zea mays L.) dalam sistematika
(Taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2010)
:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Ordo :
Graminae
Famili :
Graminaeae
Genus :
Zea
Spesies :
Zea mays
L.
Tanaman jagung
termasuk jenis tanaman semusim. Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pada
kondisi tanah yang
subur dan
gembur, jumlah akar tanaman jagung
sangat banyak. Sementara pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya
terbatas. Tanaman jagung tingginya
sangat bervariasi, tergantung pada jenis varietas yang ditanam dan kesuburan
tanah. Struktur daun tanaman jangung terdiri atas tangkali
daun, lidah daun,
dan telinga daun.
Jumlah daun setiap
tanaman jagung bervariasi antara
8 – 48 helai, namun
pada umumnya berkisar
antara 18 - 12
helai tergantung pada varietas dan umur tanaman daun jagung berbentuk pita atau garis dengan
letak tulang daun
di tengah- tengah daun
sejajar dengan daun, berbulu halus,serta warnanya
bervariasi (Rukmana, 2010).
Syarat tumbuh
bagi tanaman jagung manis yakni cahaya
matahari cukup atau tidak
ternaungi, suhu optimum
240–300C,
curah hujan merata sepanjang umur tanaman
antara 100–200 mm per bulan, ketinggian tempat optimal hingga 300 m dpl.
Pertumbuhan jagung manis
optimal pada tanah lempung berdebu dan derajat
kemasaman 5,0–7,0 serta bebas dari genangan air. Jagung merupakan tanaman
C4 yang memiliki
daya adaptasi pada
faktor-faktor pembatas
pertumbuhan seperti intensitas
radiasi surya tinggi,
suhu siang dan malam yang tinggi, curah hujan rendah
serta kesuburan tanah yang rendah (Emedinta, 2004).
B.
Pupuk Bokashi
Pupuk bokashi adalah pupuk
organik hasil fermentasi dengan teknologi larutan EM-4 yang dapat digunakan
untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patoge dalam tanah, efeknya
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.Pupuk bokashi mudah dibuat
dan siap pakali dalam waktu relatif singkat. Selain itu biaya pembuatannya
murah sehingga sangat efektif dalam meningkatkan produksi pertanian.Bahan-bahan
untuk mebuat bokashi sangat banyak. Terdapat di sekitar lahan pertanian, misalnya
jerami padi, pupuk kandang, rumput, sampah hijauan, sekam padi, serbuk gergaji,
dan lain-lain. Semua bahan organik akan difermentasi dalam kondisi semi hasil
fermentasi bahan organaik yang mudah diserap oleh perakaran tanaman (Irawan,
2012)
C. Pupuk Majemuk NPK
Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Pupuk NPK
adaah salah satu pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen (N), Posfor (P)
dan Kalium (K) dengan kadar yang beragam. Jenis dan kadar unsur yang dikandungnya
berdasarkan negara asalnya. Seperti amafoska I (12-24-12) dari Amerika Serikat,
nitrofoska I (17.5-13-22) dari Jerman, compound fertilizer (14-12-9) dari
Jepang dan NPK Holland (15-15-15) dari Belanda (Lingga dan Marsono, 2008).
Pemakalian pupuk majemuk
NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah, sehingga dengan
pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut akan membantu pertumbuhan
tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P
dan K. Fungsi nitrogen sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan
vegetatif tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna
lebih hijau) dan membantu proses pembentukan protein (Hardjowigeno, 2003).
Unsur kalium
berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan
tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan kekeringan. Salah
satu fungsi spesifik unsur K adalah sebagai pengimbang atau penetral efek
kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi sukulen (awet muda) sehingga lebih
mudah terserang hama penyakit, rapuh dan mudah rontoknya bunga, buah, daun,
cabang. Hal ini karena unsur K berfungsi meningkatkan sintesis dan translokasi
karbohidrat, sehingga mempercepat penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran
tangkali/buah/cabang (Hanafiah 2007).
D. Bahan Pembenah Tanah
Bahan pembenah
tanah (soil conditioner) adalah
material-material yang ditambahkan ke dalam tanah. Pembenah
tanah mampu memperbaiki
struktur tanah, mengubah
kapasitas tanah menahan dan melalukan
air, sehingga dapat
mendukung pertumbuhan tanaman.
Penambahan pembenah tanah
dapat meningkatkan kapasitas lapang
dan pertumbuhan tanaman, hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Peningkatan produktifitas pada lahan yang
kritis juga diperlukan
sebagai penyokong
produktifitas pertanian. Lahan kritis
merupakan lahan yang
telah mengalami kerusakan baik
karena curah hujan yang sangat
rendah atau tekstur tanah yang
buruk sehingga berkurang
fungsinya. Salah satu cara dalam memperbaiki kondisi tanah
tersebut dengan menambahkan pembenah
tanah. (Abdurachman dan Sutono, 1997).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Praktikum ini
dilakukan di screen
house Fakultas
Pertanian pada 30
September 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016
B.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pasir, benih
jagung, pupuk bokashi, pupuk NPK, air, polybag dan label. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu timbangan, ember, gelas air mineral bekas 200 ml,
timbangan analitik, kamera dan alat tulis.
C.
Prosedur
Kerja
1.
Tanah pasir disiapkan
dan ditimbang seberat 5 kg.
2.
Dosis perlakuan bahan
pembenah tanah yaitu =
Bokashi B0 = 0
gram; B1 = 250 gram; B2 = 500 gram
3.
Dosis perlakuan pemberian pupuk ditentukan
dengan menghitung
Pupuk NPK P0 = 0 gram; P1 = 5
gram; P2 = 10 gram
4.
Perlakuan dosis pembenah tanah dan dosis pupuk
disusun ke dalam rancangan faktorial 3×3
dengan kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali
sehingga terdapat 27 unit percobaan
5.
Pembenah tanah dan pupuk diberikan sesuai dengan
perlakuan dosis dicampur dengan tanah pasir hingga merata lalu diberi tabel
pada setiap polybag
6.
Benih jagung ditanam pada masing-masing polybag
sebanyak 3 biji/polybag. Media tanam disiram air terebih dahulu hingga
kapasitas lapang sebelum ditanami benih.
7.
Pemeiharaan dilakukan dengan penyiraman sejumah
air 200 mm/polybag.
8.
Pengendaian DPT dilakukan secara insidental.
9.
Pengamatan terhadap variabel tinggi dan jumah
daun diamati setiap 1 minggu sekali.
10. Variabel
bobot basah tajuk panjang akar dan bobot akar diamati seteah 4 minggu.
D. Rancangan Percobaan
Rancangan Acak Kelompok
1.
Perlakuan =
B1
= 250 g
B2 = 500 g
P1 = 5 g
P2 = 10 g
2.
Diulang sebanyak 3 kali
3.
B2P2
|
B2P1
|
B1P0
|
B2P0
|
B1P2
|
B0P1
|
B1P1
|
B0P2
|
B0P0
|
B2P2
|
B2P0
|
B1P1
|
B0P2
|
B0P0
|
B1P0
|
B2P1
|
B1P2
|
B0P1
|
II
B2P2
|
B0P0
|
B2P0
|
B1P1
|
B0P2
|
B1P0
|
B0P1
|
B2P1
|
B1P2
|
III
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel
1. Hasil sidik ragam perlakuan bokhasi dan pupuk NPK majemuk terhadap
pertumbuhan tanaman jagung.
|
||||
No.
|
Variabell
|
Perlakuan
|
||
B
|
P
|
BxP
|
||
1
|
Tinggi tanaman
|
Sn
|
sn
|
tn
|
2
|
Jumlah daun
|
Sn
|
sn
|
tn
|
3
|
Bobot basah tajuk
|
Sn
|
sn
|
tn
|
4
|
Bobot akar
|
tn
|
tn
|
tn
|
5
|
Panjang akar
|
tn
|
tn
|
tn
|
Keterangan : B= pupuk bokhasi, P= pupuk
NPK majemuk, BxP= kombinasi pupuk bokhasi dan pupuk NPK majemuk. sn= sangat
nyata, n= nyata dan tn= tidak nyata
Kesimpulan :
1.
Tinggi tanaman:
Perlakuan pupuk bokhasi
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
Perlakuan pupuk NPK
majemuk memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
Perlakuan kombinasi
antara pupuk bokhasi dengan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman
2.
Jumlah daun:
Perlakuan pupuk
bokhasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
Perlakuan pupuk NPK
majemuk memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
Perlakuan kombinasi
antara pupuk bokhasi dengan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap jumlah daun
3.
Bobot basah tajuk:
Perlakuan pupuk
bokhasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tajuk
Perlakuan pupuk NPK
majemuk memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tajuk
Perlakuan kombinasi
antara pupuk bokhasi dengan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap bobot basah tajuk
4.
Bobot akar:
Perlakuan pupuk
bokhasi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot akar
Perlakuan pupuk NPK
majemuk memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot akar
Perlakuan kombinasi
antara pupuk bokhasi dengan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap bobot akar
5.
Panjang akar:
Perlakuan pupuk
bokhasi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar
Perlakuan pupuk NPK
majemuk memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar
Perlakuan kombinasi
antara pupuk bokhasi dengan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap panjang akar
|
Tabel
2. Pengaruh perlakuan pupuk bokhasi dan pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan
tanaman jagung
|
|||||
Perlakuan
|
Variabell
|
||||
TT
|
JD
|
BOBOT
|
BA
|
PA
|
|
B0
|
60,67 a
|
7,67 b
|
15,02 b
|
3,96 b
|
57,49 a
|
B1
|
86,38 a
|
9,44 a
|
32,57 a
|
5,47 a
|
55 a
|
B2
|
91,8 b
|
9,22 a
|
34,99 a
|
4,65 ab
|
46,78 a
|
P0
|
73,86 b
|
7,67 b
|
19,89 b
|
4,15 a
|
55,17 ab
|
P1
|
82,62 a
|
9,11 a
|
31,31 a
|
4,91 a
|
59,99 a
|
P2
|
82,37 a
|
9,56 a
|
31,38 a
|
5,02 a
|
44,11 b
|
B0P0
|
54,6
|
5,67
|
6,82
|
3,59
|
66,03
|
B0P1
|
63,17
|
8,33
|
15,99
|
3,92
|
62,9
|
B0P2
|
64,23
|
9
|
22,24
|
4,38
|
43,53
|
B1P0
|
85,43
|
9
|
29,07
|
5,86
|
60,43
|
B1P1
|
89,47
|
9,67
|
39,03
|
5,24
|
59,2
|
B1P2
|
84,23
|
9,67
|
29,61
|
5,31
|
45,37
|
B2P0
|
81,53
|
8,33
|
23,78
|
2,99
|
39,03
|
B2P1
|
95,23
|
9,33
|
38,90
|
5,56
|
57,87
|
B2P2
|
98,63
|
10
|
42,29
|
5,39
|
43,43
|
Keterangan : Angka
yang diikuti huruf kecil (a,b) yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α=
0,05). TT= Tinggi tanaman, JD= Jumlah daun, BOBOT=
Bobot basah tajuk, BA= bobot akar dan PA= Panjang akar.
B.
Pembahasan
Pupuk adalah semua bahan yang
ditambahkan pada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis
tanah. Sebagai
tempat tumbuhnya tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia,
dan biologi yang baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya
serap. Sifat kimia mennyangkut pH serta ketersedian unsur-unsur hara. Sedangkan
sifat biologis menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Tumbuhan
memerlukan nutrisi baik zat organik maupun zat anorganik. Nutrisi organik
diperoleh melalui proses fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik semuanya
diperoleh melalui akar dari dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut berupa
kation dan anion yang mampu masuk ke dalam pembuluh xilem akar (Sulanjana, et al,
2005).
Tujuan utama pemupukan adalah
menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman
sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada
dasarnya adalah memberikan pupuk dalam bentuk dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat
menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari
lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir
berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang
ditambahkan dalam pupuk tersebut (Lingga dan Marsono, 2008).
Berdasarkan data hasil analisis sidik
ragam, terlihat bahwa
perlakuan bokashi dan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap variable pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun
dan bobot basah tajuk, namun perlakuan keduanya memberikan pengaruh tidak
nyata terhadap panjang akar dan bobot basah akar. Sedangkan pada
interaksi perlakuan pupuk bokashi dan pupuk NPK majemuk pada semua variabel
menunjukkan hasil yang tidak nyata atau dengan kata lain, tidak ada interaksi
antara kedua perlakuan terhadap seluruh variabel yang diamati Hasil tersebut selaras dengan hasil penelitian Abdulah (2013), yang
menyatakan bahwasannya pemberian pupuk bokashi dan pupuk majemuk Phonska
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman jagung, jumlah daun, diameter
batang, berat tongkol, dan panjang tongkol. Namun tidak terdapat interaksi
antara pemberian bokasih eceng gondok dan Phonska terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung manis.
Hasil
dari analisis ragam pemberian pupuk bokashi dan pupuk NPK majemuk untuk variabel
tinggi tanaman jumah daun dan bobot basah tajuk kemudian diuji lanjut
menggunakan uji lanjut DMRT untuk melihat pengaruh dosis pupuk yang memberikan
pengaruh besar. Perlakuan pupuk bokashi untuk variabel tinggi tanaman
menunjukkan respon terbaik dan input paling efektif pada perlakuan tanpa
pemberian pupuk bokashi sedangkan variabel jumah daun dan bobot basah tajuk
menunjukkan respon terbaik dengan input paling efektif pada pemberian pupuk bokashi 25 gram (50%).
Pemberian
pupuk bokashi dan pupuk NPK majemuk tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap variabel bobot basah akar dan panjang akar. Maka dari itu tidak dilakukan
uji lanjut pada kedua variabel tersebut. Akan tetapi, variabel bobot basah akar
menunjukkan respon paling baik pada pemberian pupuk bokashi 25 gram (50%) sedangkan
variabel panjang akar menunjukkan respon terbaik pada perlakuan tanpa pemberian
pupuk bokashi.
Perlakuan
pupuk NPK majemuk untuk variabel tinggi tanaman, jumah daun dan bobot basah
tajuk menunjukkan respon terbaik dengan input paling efektif pada pemberian 5
gram pupuk. Sedangkan pada pemberian pupuk NPK majemuk pada variabel bobot
basah akar dan panjang akar menunjukkan pengaruh tidak nyata sehingga tidak
diakukan uji lanjut. Namun, pada variabel bobot basah akar, respon terbaik
ditunjukkan dengan pemberian pupuk NPK majemuk sebanyak 10 gram sedangkan pada variabel
panjang akar, respon terbaik ditunjukkan pada pemberian pupuk 5 gram.
Data
hasil sidik ragam menunjukkan bahwasannya pemberian pupuk dalam jumah yang lebih
banyak tidak selalu memberikan respon yang lebih baik bila dibandingkan dengan
pemberian pupuk yang lebih sedikit. Hal tersebut dijelaskan oleh Hamidah (2009) bahwasannya secara teoritis suatu tanaman akan tumbuh
subur bila elemen
yang tersedia cukup dan
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penambahan unsur hara yang berlebihan tidak
menghasilkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif yang sebanding dengan unsur
hara yang diberikan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemeberian
pupuk bokashi atau pembenah tanah pada tanah pasir pantai dilakukan dengan cara
dicampurkan ke dalam tanah pasir pantai. Pupuk bokashi berpotensi
bekerja memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Sedangkan
pemberian pupuk NPK majemuk dilakukan dengan cara membuat 3 buah lubang di
daerah sekitar perakaran tanaman kemudian membenamkan pupuk ke dalam lubang
tersebut.
3. Berdasarkan
hasil pengamatan, perlakuan
pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap variabel
tinggi tanaman,
jumah daun dan bobot basah tajuk namun tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot basah akar dan panjang akar. Sama halnya
pada perlakuan pemberian pupuk NPK majemuka. Namun tidak terjadi interaksi
antara pemberian pupuk bokashi dengan pupuk NPK majemuk terhadap variabel yang
diamati.
B.
Saran
Penyiraman
sebaiknya diakukan secara teratur setiap hari agar tanaman tidak mengaami
cekaman kekeringan sehingga perbedaan data pengukuran pada variabel pengamatan
benar-benar data yang disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan. Kemudian
pada saat melakukan pengukuran dianjurkan untuk teliti dan mencantumkan 2 angka
di belakang koma. Sebaiknya
pengecekan alat-alat seperti timbangan harus lebih diperhatikan agar tidak
terjadi kesalahan, sehingga data pengukuran yang diperoleh sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A.
dan S. Sutono. 1997. Teknologi
Pengendaian Erosi Lahan Berlereng daam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering :
Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Hanafiah
KA. 2007. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno S.
2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.
Bogor.
Irawan, Ujang. S. 2012. Teknik Pembuatan Pupuk Bokashi. Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM). Booklet Catalog Repository. Consultant of Royal Danish Embassy in
Jakarta, DIANIDA. International Development Coorporation. Embassy of Denmark
Lingga dan Marsono. 2008. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penenbar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 2010. Usaha Tani
Jagung. Kanisius, Jakarta.
Sulanjana, Agung, et al. 2005. Makalah Industri Pupuk dan Amonia. Bandung; Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Komentar
Posting Komentar