LAPRAK BTLM PEMBERIAN ARANG PADA TANAH PASIR UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
kepulauan sehingga Indonesia memiliki garis pantai yang panjang. Daerah pesisir
pantai umumnya merupakan lahan-lahan marginal berupa lahan pasir pantai. Faktor
pembatas pada lahan pasir pantai dalam budidaya tanaman yaitu daya memegang air
yang rendah serta salinitas yang tinggi. Maka dari itu, perlu dilakukan upaya
pembenahan sifat fisika dan kimia tanah agar lahan tersebut dapat digunakan
sebagai lahan pertanian.
Daya memegang air yang rendah pada
lahan pasir pantai dikarenakan struktur tanah yang tidak mantap. Guna
memperbaiki struktur tanah tersebut salah satu hal yang dapat diusahakan yaitu
pemberian bahan organik pada tanah pasir. Bahan organik tersebut diharapkan
mampu memperbaiki sifat fisik tanah sehingga tanah lebih mantap dan kehiangan
air dapat dikurangi.
Guna meningkatkan daya memegang
air pada tanah pasir pantai maka pada kesempatan kali ini akan diperkenalkan
teknologi biochar. Biochar yaitu suatu bahan berbentuk arang yang mengandung
karbon tinggi dan dibuat melalui biomassa pertanian yang dibakar. Biochar ini
berfungsi sebagai pembenah tanah serta sumber hara. Perannya sebagai pembenah
tanah inilah yang menyebabkan perubahan sifat fisik pada tanah pasir pantai sehingga
dapat meningkatkan lengas tanah.
B. Tujuan
1. Mempelajari cara pemberian arang
sebagai pembenah tanah pada lahan marginal.
2. Mengetahui pengaruh pemberian
arang pada tanah pasir terhadap pertumbuhan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Pasir Pantai
Salah
satu yang termasuk ke dalam lahan marginal adalah lahan pasir. Selama ini
penanganan lahan pasir masih relatif kurang. Pulau Jawa memiliki pantai
yang luas 81.000 km2 potensial dikembangkan sebagai lahan pertanian. Provinsi
DIY memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar 3.300 hektar atau 4% luas
wilayah, terbentang sepanjang 110 km dipantai selatan lautan Indonesia.
Bentangan pasir pantai ini berkisar antara 1-3 km dari garis pantai. Sistem
bentang darat ini mudah goyah mengakibatkan terhambatnya proses pembentukan
tanah (Yuwono, 2009).
Lahan
pasir pantai merupakan lahan marjinal dengan ciri-ciri antara lain : tekstur
pasiran, struktur lepas-lepas, kandungan hara rendah, kemampuan menukar kation
rendah, daya menyimpan air rendah, suhu tanah di siang hari sangat tinggi,
kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi. Upaya perbaikan sifat-sifat
tanah dan lingkungan mikro sangat diperlukan, antara lain misalnya dengan
penyiraman yang teratur, penggunaan mulsa penutup tanah, penggunaan pemecah
angin (wind breaker), penggunaan
bahan pembenah tanah (marling),
penggunaan lapisan kedap, dan pemberian pupuk (baik organik maupun an-organik)
(Yuwono, 2009).
Kemampuan
menahan air yang rendah, akan meyebabkan kolehilangan unsur hara dari dalam
tanah melalui pelindian akan semakin besar berjalan dengan semakin tingginya
curah hujan (Hakim et al., 1986).
Tekstur tanah berpasir juga akan menyebabkan banyak pupuk terlindi karena
mempunyai laju infiltasi yang cepat (Widjajaadi et al., 1987). Unsur utama yang sering hilang dari dalam tanah
melalui pelindian adalah N, K, Ca, dan Mg (Hakim et al., 1986). Lebih jauh lagi, tanah bertekstur pasiran juga
mempunyai kandungan bahan organik dan hara N yang rendah solehingga tanah ini
memerlukan pemberian hara N yang cukup banyak, sedangkan kemungkinan kolehilangan
hara N melalui pelindian cukup besar (Rinsemi, 1993).
B. Arang Sekam
Nurbaity (2011) menjelaskan, sekam merupakan sumber bahan organik
yang mudah didapat yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembawa
pupuk hayati FMA. Sekam padi merupakan bahan organik yang berasal dari limbah
pertanian yang mengandung beberapa unsur penting seperti protein kasar, lemak,
serat kasar, karbon, hidrogen, oksigen dan silika (Balai Penelitian Pascapanen
Pertanian, 2001). Menurut Agustin, et al (2014) arang sekam padi memiliki daya serap
tinggi karena memiliki pori yang banyak karena luas permukaan yang besar solehingga
mampu menyerap air dan hara yang ada disekitarnya untuk disimpan dalam pori
tersebut. Arang sekam padi mempunyai luas permukaan dalam antara 300-2000 m2/g
(Soemeinaboedhy dan Tejowulan, 2007).
C. Arang Kayu
Arang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penyerap karena
memiliki luas permukaan yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah.
Arang aktif mempunyai daya serap (adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan
berbentuk larutan atau uap. Sifat penting arang kayu adalah kerapatan totalnya
antara 1,38-1,46 g/cm3, porositasnya 70%, permukaan dalam 50 m3/g,
berat bagian terbesar ntara 80-220 kg/m2, kandungan karbon 80-90%,
kandungan abu 1-2%, dan zat mudah menguap antara 10-18% (Soemeinaboedhy dan Tejowulan, 2007).
D. Rekayasa Teknologi untuk
Meningkatkan Daya Ikat Air
Air merupakan bagian terpenting dari suatu makhluk hidup. Faktor yang
sangat mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah adalah sifat fisik tanah
dimana tanah mempunyai tekstur liat, porositas dan infiltrasi rendah solehingga
daya serap air menjadi rendah. Inovasi pembenah tanah alami yang belum
dijadikan kebijakan ololeh pemerintah salah satu diantaranya adalah zeolit. Zeolit
sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi
dengan struktur berongga dan kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan
(Juliana, et al, 2015). Zeolit sebagai pembenah yang
diberikan ke dalam tanah dengan jumlah yang cukup banyak dapat memperbaiki
sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah solehingga produksi pertanian dapat
ditingkatkan (Abdillah, 2008).
Aplikasi zeolit umumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tanah
dalam menyimpan dan menyediakan air serta unsure hara untuk kebutuhan tanaman,
dan juga untuk menekan kolehilangan air dan unsure hara akibat lahan kering
(Rahutomo, et al, 2010). Selain dapat
menyimpan air dan unsure hara, zeolit juga dapat mengontrol dan menaikkan pH
tanah, kelembaban tanah, serta sebagai carrier pestisida, herbisida, dan
fungisida. Penambahan zeolit pada pupuk kandang juga dapat meningkatkan proses
nitrifikasi (Abdillah, 2008).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilakukan di screen
house Fakultas
Pertanian pada 13 Oktober
2016 sampai dengan 10 November 2016
B.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
meliputi tanah pasir, air, arang sekam, arang kayu, benih jagung dan pupuk NPK.
Alat yang digunakan yaitu polibag, ember, timbangan, screen house, penggaris
dan alat tulis.
C.
Prosedur Kerja
1.
Tanah pasir disiapkan dan ditimbang
sebanyak 5 kg.
2.
Dosis perlakuan bahan pembenah tanah,
yaitu :
Arang sekam As1 = 31 g
As2
= 62 g
Arang kayu Ak1 = 31 g
Ak2 = 62 g
Kontrol K = 0 g
3.
Perlakuan dosis pembenah tanah disusun
ke dalam RAKL dan diulang sebanyak 5 kali, sehingga terdapat 25 unit percobaan.
4.
Pembenah tanah diberikan sesuai dengan
dosis, dicampur dengan tanah pasir hingga merata, lalu diberi label pada setiap
polibag.
5.
Media tanam disiram air terlebih dahulu
hingga kapasitas lapang sebelum ditanam benih. Benih jagung ditanam pada
masing-masing polibag sebanyak 3 biji / polibag.
6.
Pemeliharaan dilakukan dengan
penyiraman sejumlah air 200 ml / polibag.
7.
Pengendalian dapat dilakukan secara insidental.
8.
Pemupukan dilakukan pada 10 hari
setelah tanam dan 20 hari setelah tanam dengan dosis 25 g / polibag.
9.
Pengamatan terhadap variabell tinggi
dan jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali.
10. Variabell diamati bobot
basah tajuk, bobot akar dan panjang akar dilakukan setelah 4 minggu.
D.
Rancangan Percobaan
Rancangan Acak Kelompok
1
Perlakuan = Arang
Sekam As1 = 31 g
As2 = 62 g
Arang
Kayu Ak1 = 31 g
Ak2 = 62 g
Kontrol 0 g
2
Diulang sebanyak 5 kali
3
Denah Percobaan
I
II
III
IV
V
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel 1. Hasil sidik ragam perlakuan
terhadap pertumbuhan tanaman jagung
|
|||||||||
No
|
Variabell
|
Hasil
|
|||||||
1
|
Tinggi tanaman
|
tn
|
|||||||
2
|
Jumlah daun
|
tn
|
|||||||
3
|
Bobot basah tajuk
|
tn
|
|||||||
4
|
Bobot akar
|
tn
|
|||||||
5
|
Panjang akar
|
tn
|
|||||||
keterangan : sn= sangat nyata, n= nyata
dan tn= tidak nyata
Kesimpulan:
1. Perlakuan
arang sekam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
2. Perlakuan
arang sekam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun
3. Perlakuan
arang sekam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk
4. Perlakuan
arang sekam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot akar
5. Perlakuan
arang sekam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar
|
|||||||||
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan tanaman jagung
|
|||||||||
Perlakuan
|
Variabell
|
||||||||
TT
|
JD
|
BOBOT
|
BA
|
PA
|
|||||
Kontrol
|
78,32
|
8,2
|
20,49
|
3,65
|
48,6
|
||||
Ak1
|
76
|
8,2
|
18,81
|
3,94
|
51,92
|
||||
Ak2
|
70,92
|
8
|
16,77
|
3,25
|
48,24
|
||||
As1
|
81,32
|
8,6
|
21,93
|
3,61
|
62,48
|
||||
As2
|
77,18
|
7,2
|
16,24
|
2,69
|
51,3
|
||||
Keterangan : Angka
yang diikuti huruf kecil (a,b) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α= 0,05). TT=
Tinggi tanaman, JD= Jumlah daun, BOBOT= Bobot basah tajuk, BA= Bobot akar dan
PA= Panjang akar.
B. Pembahasan
Secara teoritis lahan pasir pantai didominasi oleh pasir dengan
kandungan lebih dari 70%, porositas rendah atau kurang dari 40%, sebagian besar
ruang pori berukuran besar solehingga aerasinya baik, daya hantar cepat, tetapi
kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Dari segi kimia, tanah pasir cukup
mengandung unsur fosfor dan kalium
yang belum siap diserap tanaman, tetapi lahan pasir kekurangan unsur nitrogen
(Sunardi dan Sarjono, 2007). Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan adalah dengan pemberian arang (charcoal).
Arang merupakan jenis-jenis bahan organik yang berasal dari berbagai sumber.
Sumber dan komposisi bahan yang berbeda akan menyebabkan kemampuan mempengaruhi
penyediaan fosfor dan kalium pada tanah berbeda pula (Nurhayati, et al,
1986).
Salah satu bahan
pembenah tanah yang sering digunakan adalah arang sekam dan arang kayu. Arang sekam sering
dimanfaatkan petani untuk memperbaiki tanah
pertanian. Selain itu, telah banyak penelitian yang menggunakan arang sekam untuk campuran media
tanam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Penggunaan arang sekam
dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah (Kusuma, 2013).
Berdasarkan data hasil analisis sidik
ragam, terlihat bahwa
perlakuan pemberian arang sekam dan arang kayu tidak
memberikan pengaruh terhadap variabel pertumbuhan tanaman seperti tinggi
tanaman, jumah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar. Oleh karena
itu tidak dilakukan uji lanjut pada variabel-variabel tersebut. Akan tetapi, variabel
tinggi tanaman, jumah daun, bobot basah tajuk dan panjang akar memiliki respon
paling baik pada perlakuan pemberian arang sekam sebanyak 31 gram. Sedangkan variabel bobot akar menunjukkan respon terbaik pada perlakuan
pemberian arang kayu sebanyak 31 gram.
Penggunaan
arang di Jepang dapat
meningkatkan produksi padi sampai 50%. Selain itu penggunaan arang dapat
menambah jumlah daun serta memperluas tajuk pohon tanaman hutan kota, solehingga
efektif untuk mengurangi serta menurunkan polusi dan suhu udara melalui
penyerapan CO3 udara (Gusmailina,et al., 2015). Media tumbuh
semai melina (Gmelina arborea Roxb)
yang ditambahkan arang aktif dengan kadar 15% dapat meningkatkan pertumbuhan
tinggi 8,20%, diameter batang 45,95% dan bobot biomassa 58,82% (Lempang dan
Tikupadang, 2013). Penggunaan arang aktif juga menunjukkan pengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan akar dan bobot biomassa tanaman pule landak, serta
pengembangan stek tanaman Capsicum omnium
(Ciner & Tipirdamaz, 2002), juga mencegah pembusukan akar pada tanaman
melon (Lempang, 2013).
Meskipun hasil sidik ragam menunjukkan bahwa semua perlakuan
berpengaruh tidak nyata, namun tabel 3.2
menunjukkan bahwa nilai variabel tertinggi diperoleh dari media tanam yang
diberi perlakuan arang. Arang
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penyerap dan pelepas unsur hara
(pupuk) dalam bidang kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan yang besar
dan kurang lebih sama dengan koloid tanah. Arang mempunyai daya serap (adsorpsi)
yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap (Pohan, et al, 2002). Gusmailina, et al (2015) menambahkan bahwa pemberian
arang/biochar dengan dosis 2,5 ton/ha cenderung meningkatkan agregasi tanah.
Selain itu aplikasi mulsa dan pembenah tanah berbahan dasar arang berpengaruh
terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi jagung.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Cara pemberian arang pada tanah pasir pantai
yaitu dengan mencampur arang dengan tanah pasir pantai secara merata sebelum melakukan
penanaman.
2.
Pemberian arang pada tanah pasir pantai tidak
memberikan pengaruh terhadap variabel-variabel pertumbuhan seperti tinggi
tanaman, jumah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan pangjang akar.
B. Saran
Sebaiknya pada
saat memberikan arang dilakukan di luar polybag agar arang tercampur secara
merata pada tanah. Dosis pemberian arang juga perlu ditambah agar dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan. Peletakan
polybag juga sebaiknya di tempat yang kering atau terlindung dari hujan. Hal
ini ditujukan agar polybag tidak tergenang oleh air.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, N., Yusuf, N., Lubis, A. M., Sutopo, G. N.,
Go Ban Hong, dan Bailey, H. H. 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Juliana, Mia. 2011. Karakteristik
fisik dan kimia kompos bokashi, arang sekam, dan arang kayu terhadap penyerapan
gas amoniak (NH3). Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Kusuma.
2013. Pengaruh penambahan arang dan abu
sekam dengan proporsi yang berbeda terhadap permeabilitas dan porositas tanah
liat serta pertumbuhan kacang hijau (Vigna
radiataL). Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 21(1).
Nurbaity, A.,
A. Setiawan, and M. Oviyanti. 2011. "Efektivitas Arang Sekam Sebagai Bahan
Pembawa Pupuk Hayati Mikoriza Arbuskula pada Produksi Sorgum. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung
Rinsema, W. T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya
Aksara. Jakarta.
Soemeinaboedhy, N., dan
R. S. Tejowulan. 2007. Pemanfaatan beberapa macam arang sebagai sumber unsur
hara P dan K serta sebagai pembenah tanah. Agroteksos.
17(2):114–122.
Widjajaadji, I. P. G., Suwardjo, H., dan Soepartini,
M. 1987. Faktor Tanah dalam Menentukan Kebutuhan dan Meningkatakan Efisiensi
Penggunaan Pupuk. Prosiding Lokakarya
Nasional Efisiensi Pupuk. Puslittan Balitbang Deptan: 183-203.
Yuwono, N. W. 2009. Membangun kesuburan tanah di
lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan. Vol 9(2): 137-141.
Komentar
Posting Komentar